Menghayati Makna Tawakal






“Sering terjadi dalam kehidupan ini, keresahan dan kegoncangan jiwa muncul karena rapuhnya keyakinan didalam berserah diri kepada Allah. Kata “tawakal” yang berarti menyerahkan segala urusan kepada Allah adalah kata-kata yang teramat sering di ucapkan seseorang. Namun didalam aplikasinya, ternyata mewujudkan sikap ini tidak semudah mengucapkannya”.

Setiap mukmin tentu meyakini sepenuh hati bahwa tiada satupun kejadian yang menimpa manusia kecuali sudah di tetapkan oleh Allah. Berserah diri kepada Allah hendaknya tidak dipahami secara keliru. Bertawakal bukan berarti hidup tanpa ambisi dan cita-cita. Jika pengertian ini yang kita kedepankan, maka yang akan terjadi pada umat islam adalah keterpurukan di dalam segala bidang. Kita tidak dapat memungkiri bahwa kemajuan bangsa dan negara negara besar di dunia di pacu oleh ambisi, cita-cita dan kerja keras.

Yang harus kita jadikan pegangan yaitu bahwa ambisi harus selalu di sesuaikan dengan tuntutan syariat. Ambisi juga harus berada pada tingkatan terjangkau dan sesuai dengan kemampuan yang ada agar seorang muslim tidak menjadi korban agan-angan dan obsesi dirinya sendiri. Kiranya perlu di perhatikan nasihat rasull yang tertulis dalam shahih bukhari, Kitabuz Zuhud war Raqaiq, “lihatlah kepada orang yang di bawah kalian dan jangan melihat kepada mereka yang berada di atas kalian. Hal itu lebih baik untuk kalian agar tidak meremehkan nikmat Allah.”

Dalam hidup ini ada banyak masalah yang kita lalui, bahkan tidak mungkin terselesaikan. Adanya cacat fisik, kematian orang yang kita sayangi, munculnya gangguan kesehatan kronis,  merupakan sebagaian kecil dari sekian banyak contoh yang sulit di ubah atau di perbaiki. Jika kita tidak pandai berserah diri dalam menghadapi semua ini, maka kita pun akan hidup dalam buaian frustasi yang menyakitkan, menganggu kesehatan serta memadamkan lentera harapan dan kebahagiaan.

Sikap berserah diri kepada Allah dilandasi oleh kuatnya iman seorang muslim terhadap takdir Allah. Bersikap tawakal menyerahkan masalah kepada Allah adalah bukti pengakuan seorang muslim terhadap kelemahan dan kekurangan dirinya. Berserah diri adalah manifestasi ketidak berdayaan kita didalam mencari jalan keluar dari kemusykilan. Meminta tolong kepada Allah kemudian berserah diri adalah sikap wajar dan realitas setelah menyadari berbagai kenaifan diri.namun sekalipun demikian, hendaknya “meminta tolong” tidak sekedar menjadi semboyan yang kita ulang-ulang pagi dan petang. Kita perlu memahami dan menghayati maknanya, dan lebih dari itu, menerapkan dan merubah dari semata ucapan menjadi perlakuan islami sehari-hari.

Mengapa sikap tawakal ini begitu penting bagi setiap muslim?  Pada hakekatnya tak ada  manusia yang sanggup mengatasi masalah-masalah hidup yang tak pernah reda tanpa meminta pertolongan Allah. Di tangan-Nya lah urusan dan perkara segala takdir baik kecil maupun besar. Dialah mengangkat segala kesedihan dan menghilangkan segala kesusahan. Tidak ada kekuatan bagi siapapun yang mampu menghilangkan kesusahan  atau mendatangkan manfaat kecuali atas izin-Nya. Kepada Ibnu Abbas, rasul pernah berkata, “Ketahuilah jika seluruh manusia berkumpul untuk mendatangkan manfaat kepadamu, maka tidak akan terjadi keculai apa yang Allah tetapkan. Telah diangkat pena dan telah kering tinta”

Demikian besar peran tawakal bagi setiap muslim hingga di dalam Al-qur’an pun Allah menjanjikan berbagai berita gembira bagi mereka yang senantiasa berserah diri kepada-Nya di dalam menghadapi semua godaan dan penderitaan yang ditimbulkan oleh kaum mereka, agar manusia mencari hukum sebab-akibat agar menjadi sempurna makna tawakal kepada Allah. Semoga Allah senantiasa menjadikan kita orang-orang yang selalu arif didalam mengemban hidup ini dengan berusaha, berserah diri, dan meminta pertolongan-Nya.

Oleh : Neli Ni’mawati (Mahasiswi Ilmu Al-qur'an dan Tafsir UIN Walisongo Semarang)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama