"Jika pedang mengenai tubuh masih ada harapan untuk sembuh, tapi jika lisan menusuk hati, kemana obat akan dicari"
Bukankah Islam adalah agama perdamaian, yang menebarkan salam dan ketentraman jiwa, bukan malah mengibarkan bendera permusuhan, seperti sabda Nabi yang artinya "Orang Islam itu adalah orang yang memberikan rasa aman atas perbuatan dan ucapannya". Namun mengapa masih banyak di antara kita yang menyakiti hati saudara seiman dengan lisannya. Sadarkah kita, terkadang lisan itu begitu mudahnya berkata-kata, begitu ahlinya melontarkan kata yang begitu indah nan mempesona hingga tanpa kita sadari ada hati yang terluka karena ucapan kita.
Tahukah kita betapa hati manusia sangatlah rapuh, diibaratkan seperti kaca, bila kata yang terlontar dari lisan itu menusuk sang kalbu, maka hanya akan ada luka dan airmata. Meskipun hanya sekali kita menyentuh hatinya. Namun lukanya tidak akan sembuh dalam sekejap. terkadang butuh waktu berhari-hari, berbulan-bulan bahkan sampai bertahun lamanya hanya untuk melupakan dan menyembuhkan luka tersebut.
Mungkin terlihat sepele di mata kita, namun belum tentu di mata orang lain. Allah menciptakan kadar qalbu yang berbeda-beda. Ada yang mudah tersentuh hatinya, ada yang sedikit tersentuh, bahkan ada yang tidak merasa tersentuh sama sekali, yang kita sebut "Hati yang mati didalam jasad yang hidup". Maka dari itu jagalah lisan, sesungguhnya lisan itu seperti pedang yang bila mengenai tubuh masih ada harapan untuk sembuh, namun bila sang pedang menusuk hati, kemana hendak obat akan dicari?.
Di zaman sekarang, dimana banyak informasi-informasi yang tidak sesuai dengan fakta yang bisa kita sebut hoax, terkadang menjadi tempat menghujat satu sama lain, dan tempat untuk mengviralkan segala sesuatu tanpa memikirkan dampaknya.
Ada pepatah yang mengatakan bahwa "Kalau tidak bisa bicara dengan ucapan yang baik, lebih baik diam". Namun bukan berarti kita harus diam terus tanpa melakukan atau berbicara apapun, hanya saja kita sebelum berbicara harus memikirkan terlebih dahulu apa dampak dari apa yang kita bicarakan. Apa yang kita ucapkan harus sesuai dengan porsi dan kebutuhan, bukan kata yang terlontar dengan begitu bebasnya bahkan hanya akan menyakiti hati orang lain.
Oleh : Dessy Deral (Mahasiswi Ilmu Al-qur'an dan Tafsir UIN Walisongo Semarang)