Bu, aku tak tahu bagaimana menghadapi dunia
Mereka berkata tentang manisnya, tapi itu terlalu pahit untukku
Mereka berkata tentang kesenangannya, namun itu adalah kesedihan bagiku
Ibu, izinkan aku berzina
Sebab saat ini aku tanpa daya dan terlena oleh duniaku
Malam Purnama di Ruang Tamu
Aku menatap dua garis biru pada testpack yang ku genggam. Penuh tanda tanya, dengan perasaan yang campur aduk, Berbagai pertanyaan memenuhi otakku. Kenapa ini bisa terjadi?. Otakku dipenuhi ribuan pertanyaan. Pandanganku beralih pada sosok yang sedari tadi duduk berhadapan denganku. Wajahnya tidak begitu terlihat khawatir.Hal ini semakin membuatku bingung.
"Jadi apa yang akan kamu lakukan sekarang? kamu tahu bahwa bagaimana reaksi orang tua jika kamu memberitahu mereka tentang hal ini?". Dia tidak segera menjawab, sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu.
"Entahlah, aku merasa khawatir tapi juga sangat bahagia". Otakku terlalu lamban untuk mencerna kata-katanya.
"Bahagia?".
"Karena sekarang aku bisa bersama seseorang yang kucintai selamanya. tidak ada alasan untuk berpisah dengannya atau pergi meninggalkannya".
Aku terlena dengan perkataannya. Entah kenapa itu terdengar deperti kata-kata yang keluar dari hati begitu tulus dan polos. Tapi aku tidak begitu yakin, realitanya yang akan dihadapi tidak akan seindah perkataannya.
Malam Bulan Sabit
Aku pergi makan malam bersamanya. Seorang lelaki teman sekelasku. Kami belum berpacaran hanya teman dekat dan aku menukainya sejak pertama bertemu. Dia baik dan tampan, semua wanita pasti berharap bisa menjadi pacar atau sekedar jalan bersamanya. Dan malam ini aku menjadi salah satu wanita yang beruntung itu.
Tidak ada yang istimewa dengan dandananku malam ini, dia bilang aku harus jadi diriku sendiri jika ingin mendapatkan seorang laki-laki yang tulus. Ia datang menjemputku di rumah kemudian kami menuju kafe yang sering aku kunjungi bersama teman-temanku. Dia menceritakan banyak hal tentang dirinya, aku tidak bisa mengalihkan pandangan darinya. Dia benar-benar tampan dan menyenangkan. Kami menceritakan banyak hal, cita-cita, harapan, masalah, cinta, dan pertemanan dalam geng. Hal ini merupakan hal yang sangat lumrah dibicarakan oleh anak SMA. Dia sering mengatakan aku cantik, manis dan baik. Sungguh pujian yang membuatku melayang.
"Kamu manis ternyata kalo diliat-liat".
Aku tersenyum malu, sambil mengalihkan pandangan keluar jendela.
"Biasa aja ah". Jawabku sembari malu untuk menatap matanya.
"Oh iya gimana sih ceritanya kamu bisa musuhan sama anak kelas sebelah itu? heran deh, cerita dong". Tanya nya mengalihkan perasaan malu dariku.
Aku bercerita panjang lebar lalu dia mengantarku pulang. Sebelum aku masuk ke rumah dia meminta tanganku dan menciumnya seraya berkata "Makasih ya buat hari ini". Aku cukup terjekut dengan perlakuannya, dan menjadi salah tingkah hingga dia pamit pulang, aku masih ingin menjerit karena perlakuan manisnya. Betapa beruntungnya aku malam ini.
Esoknya ku stalking akun Instagram miliknya. Banyak followers dan banyak komentar perempuan. Sedikit curiga, namun aku tidak terlalu memikirkannya. Dia orang yang baik. Aku mengirim beberapa pesan pada temanku, lalu dia memberiku sebuah foto. Ku pandang dan bertanya-tanya apa maksudnya. Dia mengatakan bahwa lelaki itu adalah lelaki yang kusukai, yang semalam pergi denganku. "Jadi selama ini dia punya pacar? dan dia telah menghamili pacarnya? lalu mengapa dia mendekatiku?".
Semua pertanyaan konyol memenuhi otakku. Semenjak kejadian itu, dia jarang mengabariku, aku cukup khawatir dengan keadaannya, sering menanyakan kabar pada teman dekatnya, ku berikan perhatian lebih untuknya, meskipun aku tau dia memiliki kekasih dan kekasihnya meminta pertanggung jawaban darinya.
Suatu malam ada seorang perempuan yang bertamu ke rumahku. Ternyata dia adalah wanita yang mengaku sebagai kekasih yang telah dihamili oleh lelaki yang kusukai. Aku cukup terkejut. Perempuan itu menceritakan banyak hal terutama bagaimana hal ini bisa terjadi padanya dan juga tentang hubungan mereka berdua. Dia menunjukan testpack padaku sebagai bukti bahwa apa yang dia katakan bukanlah kebohongan.
Duniaku seakan runtuh seketika itu juga
Otakku berhenti bekerja
Nafasku mulai tercekat tak teratur
Basah mengalir dipipiku
Setelah bertemu dengannya aku hanya bisa menangis di kamar. Menganggap betapa bodohnya aku selama ini, aku terlalu mempercayai seorang yang salah. Aku terlalu banyak memberikan kasih sayang kepadanya, namun tetap saja dia tidak memilihku. Semenjak itu aku tidak menghubunginya lagi, aku tidak ingin bertemu dengannya atau hanya sekedar menegur sapa. Sungguh aku menyesal
Apa aku harus menyerahkan hidupku agar bisa mendapatkan dirinya? bukankan itu terlalu lugu. Bu, aku menyayangi seseorang. Dia teman sekelasku, namun entah mengapa aku selalu berusaha memberikan semua yang kumiliki untuknya.
Ingin ku mencintai dengan benar
Namun bagaimana caranya?
Apakah dengan alasan cinta, semua menjadi tak terbatas?
Apakah dengan alasan cinta, semua yang terlarang boleh dilakukan?
Apakah dengan alasan cinta, kita benar-benar tak terpisahkan?
Oleh : M. Ulil Albab (Mahasiswa Ilmu Al-qur'an dan Tafsir UIN Walisongo Semarang)
Labels:
Cerpen