Buat Teman-teman yang aku cintai. Kita sering bergumul dengan pemikiran-pemikiran dari "Barat".. penting untuk baca ini. *Jangan sampai kita terpengaruh dengan pendapat yang berseberangan dengan ijma' ulama"
Pertanyaan mainstream, pengen belajar ilmu ini dan kitab itu, tapi gak ada guru, lalu ngapain? Akhirnya banyak yang memilih belajar otodidak dengan membaca sendiri. Saat kita membaca sebuah buku tanpa guru, yang ditakutin bukan pada pembahasan yang kita anggap gak paham, tapi pada pembahasam yang kita anggap sudah paham, karena karena kepedean sudah memahaminya dengan benar, padahal kita gak tau kalau ternyata pemahaman kita salah dan tidak ada guru yang mengatakan itu salah dan dimana letak kesalahannya. Ini berlaku pada pengajian youtube atau rekaman sekalipun. Kita mungkin bisa menambah ilmu dan wawasan dengannya tapi itu bukan pegangan
Aku sendiri tidak terlalu percaya dengan keilmuan seorang yang tidak mempunyai guru, membaca setiap huruf buku-buku mu'tamad dengan segala levelnya adalah hal yang paling penting bagiku agar seorang dikatakan menguasai ilmu tersebut, karena begitulah cara orang-orang alim belajar. Dia dibentuk oleh guru-guru terpercaya, bukan dari bacaan tanpa guru. Karena manusia selain membutuhkan Alquran juga membutuhkan guru yang mengajarinya, yaitu nabi muhammad saw, itu dia sunnatullah bagi umumnya manusia
Dan sunatullah Ini berlaku pada orang jenius dan suka baca sekalipun, banyak diantara mereka yang jenius dan bacaannya banyak tapi tanpa guru melakukan kesalahan yang kadang sangat mendasar pada beberapa permasalahan, yang bahkan tidak dialami pemula yang memiliki guru dalam belajar, walaupun dalam masalah lain bisa jadi mereka punya maklumat yang banyak dari bacaan mereka.
Akhirnya mereka sering sangat pede untuk memberikan dan mengikuti pendapat syadz yang menyalahi jumhur bahkan ijma pada beberapa masalah. Dia merasa melakukan penemuan baru yang cuma dia yang paham, merasa diri Einsteinnya ilmu agama lah. Orang seperti ini biasanya hobby berdebat, dan merasa senang jika pendapat dia berbeda dan diperbicangkan. Karena merasa dia telah melakukan sesuatu dan dianggap.
Dan lebih bahaya jika dia mulai menganggap remeh orang lain dan menganggap orang lain pemahamannya gak setinggi dia, permasalahan yang awalnya cuma kesalahan ilmiyah akhirnya menjadi penyakit hati. Dan sialnya dia sering tidak menyadarinya karena tidak ada guru yang menegurnya. Gak semua orang yang belajar tanpa guru seperti itu, tapi kebanyakan ya akan seperti itu
Tidak peduli betapa jenius dia, betapa kuat ibadahnya dan betapa luas bacaannya, semua bisa kena penyakit ini. Bahkan itu lebih bahaya pada merek, karena kesombongan yang disebabkan hal itu bisa mebuat dia begitu sulit menerima kebenaran dari orang lain. Sifat iblis ini lah yang biasanya akan menguasai dirinya dan perjalanan ilmiyahnya. Makanya dikatakan, barang siapa yang tidak mempunyai guru maka gurunya itu setan.
Apakah ada obatnya? Tentu cari guru. Kalau gak ada guru? Shalawat. Lalu untuk tambahan wawasan? Baca saja buku-buku yang dipercaya(mu'tamad), tapi jangan yakini bahwa apa yang kamu yakini benar, dan jika pemahamanmu menyalahi ijma atau jumhur jangan menentang, apalagi bangga kayak habis menemukan bom nuklir, jadi ingatlah pada kaidah ilmiyah penting "umat Muhammad saw ini gak akan bersepakat pada kesalahan"
maka dari itu pikirkan ulang dan carilah dimana kesalahpahaman kita sehingga pendapat kita bisa beda dengan ijma atau jumhur, pasti ada yang bermasalah dengan pemahaman kita, jadi jangan langsung ambil kesimpulan prematur "aku lebih paham dari mereka", tapi cari tau dimana kesalahpahaman kita, jika akhirnya menemukan Alhamdulillah kalau nggak, maka tunggu ada guru yang bisa menjawab dengan memuaskan
Tentu jngan berhenti pada satu guru untuk mencari jawaban, karena bisa jadi guru yang kamu tanyai pertama kali itu ternyata bukan itu bidangnya, jadi dia gak bisa memberi jawaban memuaskan padamu, sabar, rendah diri dan bershaalawat sampai tuhan memberi guru yang tepat padamu, gak perlu buru-buru dalam menuntut ilmu, karena gak semua kita dituntut untuk menjadi alim, tapi semua kita diminta untuk mencari ilmu semampu kita dengan cara yang telah diajarkan syariat. Karena itulah yang akan ditanyai diakhirat nanti, simpel apakah kamu mencari ilmu? bukan seberapa alim kita.
Jadi jika ada niat menambah ilmu tanpa guru, hati-hatinya harus ekstra. Shalawat harus jadi guru pertama, karena shalawat adalah guru bagi yang tidak memiliki guru. Niatkan yang ikhlas karena Allah. Lalu bersabar dan terus berikhtiyar mencri guru baik ditempat terdekat atau harus ke tempat lain. Dan setelah ikhtiyar ya berdoa pada Allah agar dikirim guru yang bisa membuat kita menambah ilmu dan mendekatkan diri pada Allah. Sisanyaa tawakal dan yakin aja akan maqbul, ini mujarab, tuhan akan mengirimkan sendiri guru padamu, dengan cara yang tak pernah kamu duga, bisa dari orang hidup atau bahkan mungkin orang mati, dialam fisik atau alam ruh, dll.
Kalau shalawat, niat, usaha, dan doa udah dilakukan ya pasrahkan saja, jika tuhan menginginkan kita belajar ilmu itu ya Alhamdulillah itu terbaik bagi kita. Tapi jika tidak pun ya alhamdulillah, berarti tuhan memilih yang terbaik agar kita gak belajarl ilmu itu, gak perlu ambisius, pasrahkan pada kehendaka Allah, toh kita belajar karena mencari ridha Allah, bukan untuk memuaskan nafsu kita karena pengen dipuji atau dibilang alim. Lagian gak semua orang harus alim, tapi semua orang harus mendapat ridha Allah. Masalah siapa gurunya, kapan mendapatkannya dan bagaimana cara menemukannya biarkan itu urusan Allah. Tips "niat, shalawat, ikhtiyar, doa dan tawakal' ini mujarab. Aku belum pernah gagal mendapatkan guru dengan cara ini, semua privat alhamdulillah. Ini rahasia ya.
Oleh : Fauzah Inzaghi
Pertanyaan mainstream, pengen belajar ilmu ini dan kitab itu, tapi gak ada guru, lalu ngapain? Akhirnya banyak yang memilih belajar otodidak dengan membaca sendiri. Saat kita membaca sebuah buku tanpa guru, yang ditakutin bukan pada pembahasan yang kita anggap gak paham, tapi pada pembahasam yang kita anggap sudah paham, karena karena kepedean sudah memahaminya dengan benar, padahal kita gak tau kalau ternyata pemahaman kita salah dan tidak ada guru yang mengatakan itu salah dan dimana letak kesalahannya. Ini berlaku pada pengajian youtube atau rekaman sekalipun. Kita mungkin bisa menambah ilmu dan wawasan dengannya tapi itu bukan pegangan
Aku sendiri tidak terlalu percaya dengan keilmuan seorang yang tidak mempunyai guru, membaca setiap huruf buku-buku mu'tamad dengan segala levelnya adalah hal yang paling penting bagiku agar seorang dikatakan menguasai ilmu tersebut, karena begitulah cara orang-orang alim belajar. Dia dibentuk oleh guru-guru terpercaya, bukan dari bacaan tanpa guru. Karena manusia selain membutuhkan Alquran juga membutuhkan guru yang mengajarinya, yaitu nabi muhammad saw, itu dia sunnatullah bagi umumnya manusia
Dan sunatullah Ini berlaku pada orang jenius dan suka baca sekalipun, banyak diantara mereka yang jenius dan bacaannya banyak tapi tanpa guru melakukan kesalahan yang kadang sangat mendasar pada beberapa permasalahan, yang bahkan tidak dialami pemula yang memiliki guru dalam belajar, walaupun dalam masalah lain bisa jadi mereka punya maklumat yang banyak dari bacaan mereka.
Akhirnya mereka sering sangat pede untuk memberikan dan mengikuti pendapat syadz yang menyalahi jumhur bahkan ijma pada beberapa masalah. Dia merasa melakukan penemuan baru yang cuma dia yang paham, merasa diri Einsteinnya ilmu agama lah. Orang seperti ini biasanya hobby berdebat, dan merasa senang jika pendapat dia berbeda dan diperbicangkan. Karena merasa dia telah melakukan sesuatu dan dianggap.
Dan lebih bahaya jika dia mulai menganggap remeh orang lain dan menganggap orang lain pemahamannya gak setinggi dia, permasalahan yang awalnya cuma kesalahan ilmiyah akhirnya menjadi penyakit hati. Dan sialnya dia sering tidak menyadarinya karena tidak ada guru yang menegurnya. Gak semua orang yang belajar tanpa guru seperti itu, tapi kebanyakan ya akan seperti itu
Tidak peduli betapa jenius dia, betapa kuat ibadahnya dan betapa luas bacaannya, semua bisa kena penyakit ini. Bahkan itu lebih bahaya pada merek, karena kesombongan yang disebabkan hal itu bisa mebuat dia begitu sulit menerima kebenaran dari orang lain. Sifat iblis ini lah yang biasanya akan menguasai dirinya dan perjalanan ilmiyahnya. Makanya dikatakan, barang siapa yang tidak mempunyai guru maka gurunya itu setan.
Apakah ada obatnya? Tentu cari guru. Kalau gak ada guru? Shalawat. Lalu untuk tambahan wawasan? Baca saja buku-buku yang dipercaya(mu'tamad), tapi jangan yakini bahwa apa yang kamu yakini benar, dan jika pemahamanmu menyalahi ijma atau jumhur jangan menentang, apalagi bangga kayak habis menemukan bom nuklir, jadi ingatlah pada kaidah ilmiyah penting "umat Muhammad saw ini gak akan bersepakat pada kesalahan"
maka dari itu pikirkan ulang dan carilah dimana kesalahpahaman kita sehingga pendapat kita bisa beda dengan ijma atau jumhur, pasti ada yang bermasalah dengan pemahaman kita, jadi jangan langsung ambil kesimpulan prematur "aku lebih paham dari mereka", tapi cari tau dimana kesalahpahaman kita, jika akhirnya menemukan Alhamdulillah kalau nggak, maka tunggu ada guru yang bisa menjawab dengan memuaskan
Tentu jngan berhenti pada satu guru untuk mencari jawaban, karena bisa jadi guru yang kamu tanyai pertama kali itu ternyata bukan itu bidangnya, jadi dia gak bisa memberi jawaban memuaskan padamu, sabar, rendah diri dan bershaalawat sampai tuhan memberi guru yang tepat padamu, gak perlu buru-buru dalam menuntut ilmu, karena gak semua kita dituntut untuk menjadi alim, tapi semua kita diminta untuk mencari ilmu semampu kita dengan cara yang telah diajarkan syariat. Karena itulah yang akan ditanyai diakhirat nanti, simpel apakah kamu mencari ilmu? bukan seberapa alim kita.
Jadi jika ada niat menambah ilmu tanpa guru, hati-hatinya harus ekstra. Shalawat harus jadi guru pertama, karena shalawat adalah guru bagi yang tidak memiliki guru. Niatkan yang ikhlas karena Allah. Lalu bersabar dan terus berikhtiyar mencri guru baik ditempat terdekat atau harus ke tempat lain. Dan setelah ikhtiyar ya berdoa pada Allah agar dikirim guru yang bisa membuat kita menambah ilmu dan mendekatkan diri pada Allah. Sisanyaa tawakal dan yakin aja akan maqbul, ini mujarab, tuhan akan mengirimkan sendiri guru padamu, dengan cara yang tak pernah kamu duga, bisa dari orang hidup atau bahkan mungkin orang mati, dialam fisik atau alam ruh, dll.
Kalau shalawat, niat, usaha, dan doa udah dilakukan ya pasrahkan saja, jika tuhan menginginkan kita belajar ilmu itu ya Alhamdulillah itu terbaik bagi kita. Tapi jika tidak pun ya alhamdulillah, berarti tuhan memilih yang terbaik agar kita gak belajarl ilmu itu, gak perlu ambisius, pasrahkan pada kehendaka Allah, toh kita belajar karena mencari ridha Allah, bukan untuk memuaskan nafsu kita karena pengen dipuji atau dibilang alim. Lagian gak semua orang harus alim, tapi semua orang harus mendapat ridha Allah. Masalah siapa gurunya, kapan mendapatkannya dan bagaimana cara menemukannya biarkan itu urusan Allah. Tips "niat, shalawat, ikhtiyar, doa dan tawakal' ini mujarab. Aku belum pernah gagal mendapatkan guru dengan cara ini, semua privat alhamdulillah. Ini rahasia ya.
Oleh : Fauzah Inzaghi