Dalam kehidupan beragama sering kita temui istilah-istilah sakral atau mistis seperti dalam cerita-cerita karomah para wali yang luar biasa, mukjizat para Nabi yang mengagumkan, dan maunah (pertolongan) yang diberikan Allah kepada hambananya yang sholeh.
Di dalam Al-Qur’an banyak ditemukan cerita mukjizat para Nabi yang secara rasional mustahil terjadi. Sebagai contoh mukjizat Nabi Musa yang bisa membelah laut, cerita orang sholehah seperti Maryam (Ibu Nabi Isa) yang mendapat rezeki tak terduga pada mihrabnya padahal dia tidak pernah bekerja, dan masih banyak lagi.
Menurut Dr.Ahsin Sakho Muhammad, Al-Quran merupakan kitab suci yang menggabungkan sakralitas dan rasionalitas. Sebagai bukti, Al-Qur’an seringkali digunakan untuk ruqyah dan jampi-jampi, membacanya dapat membawa kemanfaatan seperti surah Yasin, Al-Mulk, Kahfi, dan lain-lain.
Berkaitan dengan hal-hal yang sakral, dalam artikel ini penulis akan memaparkan beberapa tafsir surah Ali-Imron ayat 173 yang masih berbau sakralitas, dan juga unsur-unsur hida’i dari kajian tafsir ayat tersebut.
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ (173)
Artinya: (Yaitu) orang-orang yang menaati Allah dan Rosul , yang ketika ada orang-orang mengatakan kepadanya,” orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,” ternyata ucapan itu menambah kuat iman mereka dan mereka menjawab “ Cukuplah Allah yang menjadi penolong bagi kami dan Dia sebaik-baiknya pelindung."(Q.S Ali Imron: 173).
Dalam tafsir jalalain, ayat tersebut menjelaskan peristiwa perang yang meliputi kafir Quraisy dan kaum Muslimin. Ketika itu kafir Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sufyan, telah menghimpun pasukan yang jumlahnya sangat banyak untuk menyerang kaum Muslimin dan Nabi Muhammad. Kemudian Nabi dan pasukanya mendatangi pasar Badar. Tetapi disana mereka tidak menemukan Abu Sufyan, sebab Allah telah meniupkan rasa cemas kepada mereka.
Ayat tersebut menceritakan bahwa Nabi dan pasukannya melafalkan do’a Hasbunalloh wani’mal wakil. Ternyata dari situlah Allah SWT memberi bantuan kepada pasukan Muslimin, yaitu dengan ditiupkannya rasa cemas kepada pasukan Abu Sufyan sehingga mereka mundur, dan kaum Muslimin pun masih diberi keamanan oleh Allah SWT. Sehingga mereka (kaum muslimin) masih melangsungkan transaksi jual beli sehingga mereka memperoleh keuntungan.
Berbeda dengan tafsir Ibn Katsir yang menjelaskan bahwa ayat tersebut memiliki kaitan dengan hadist dalam Shahih Bukhori dari riwayat Ibnu ‘Abbas yang menceritakan Nabi Ibrahim A.S yang dilempar kedalam api oleh pasukan Raja Namrud, tetapi dengan membaca Hasbunalloh wa ni’mal wakil dan dengan Rahmat Allah SWT, api yang dibuat untuk membakar Nabi Ibrahim menjadi dingin.
قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ (69
Artinya:“Kami (Alloh) berfirman, “Wahai api! Jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim”(Q.S Ibrahim: 69).
Dari penjelasan kedua tafsir diatas menunjukan bahwa ayat tersebut memiliki sesuatu yang sakral pada kalimatnya, yaitu Hasbunalloh wani’mal wakil yang berarti “ Cukuplah Allah yang menjadi penolong bagi kami dan Dia sebaik-baiknya pelindung.” Di dalam kalimat tersebut, ada unsur kepasrahan hamba kepada Tuhannya, serta dari kalimat tersebut dapat menambah kekuatan keimanan kita kepada Allah SWT.
Menurut pendapat lain yaitu Profesor M Quraisy Shihab, ayat tersebut menjelaskan adanya sunnatullah, yakni api yang bersifat panas dan Inayatulloh (pertolongan Allah yang menjadikan api dingin). Ketika Inayatullah turun, maka sunnatullah tidak berlaku seperti biasanya.
Adapun unsur Hida’i dari penjelasan ayat tersebut adalah: pertolongan Allah merupakan sebaik-baik pertolongan. Ayat ini mengingatkan bahwa logika manusia terbatas. Tawakkal adalah solusi paling tepat ketika kita sudah tidak tahu jalan keluar dalam menghadapi suatu masalah, dan yang utama adalah iman seorang muslim bisa bertambah dan berkurang, maka salah satu solusinya adalah dengan menambah dzikir Hasbunalloh wani’mal wakil.
Dari penjelasan diatas dapat kita ambil hikmah bahwa Al-Qur’an memang berisi hal yang sakral, baik dalam cerita-ceritanya, dari sisi pengamalan, dan bagi pembencinya pun ada yang mendapatkan hidayah dari apa yang dia pelajari. Maka dengan sangat bangga penulis menghimbau supaya pembaca lebih istiqomah dalam membaca Al-Qur’an dan dzikir yang ada didalamnya. Sebab didalamnya mengandung rahasia yang luarbiasa dari Allah untuk pembacanya.
Referensi :
Abu Ismail, Tafsir Al-Qur’anul Adhim.1999,( Mesir, Daruttayibah), hlm.169
Ahsin Sakho Muhammad, Oase Al’Quran, 2017( Jakarta, Penerbit Qaf), hlm.9.
Abu Ismail, Tafsir Al-Qur’anul Adhim.1999,( Mesir, Daruttayibah), hlm.169.
Oleh : Azka Muhammad (Mahasiswa Ilmu Al-qu’an dan Tafsir UIN Walisongo Semarang
Di dalam Al-Qur’an banyak ditemukan cerita mukjizat para Nabi yang secara rasional mustahil terjadi. Sebagai contoh mukjizat Nabi Musa yang bisa membelah laut, cerita orang sholehah seperti Maryam (Ibu Nabi Isa) yang mendapat rezeki tak terduga pada mihrabnya padahal dia tidak pernah bekerja, dan masih banyak lagi.
Menurut Dr.Ahsin Sakho Muhammad, Al-Quran merupakan kitab suci yang menggabungkan sakralitas dan rasionalitas. Sebagai bukti, Al-Qur’an seringkali digunakan untuk ruqyah dan jampi-jampi, membacanya dapat membawa kemanfaatan seperti surah Yasin, Al-Mulk, Kahfi, dan lain-lain.
Berkaitan dengan hal-hal yang sakral, dalam artikel ini penulis akan memaparkan beberapa tafsir surah Ali-Imron ayat 173 yang masih berbau sakralitas, dan juga unsur-unsur hida’i dari kajian tafsir ayat tersebut.
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ (173)
Artinya: (Yaitu) orang-orang yang menaati Allah dan Rosul , yang ketika ada orang-orang mengatakan kepadanya,” orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,” ternyata ucapan itu menambah kuat iman mereka dan mereka menjawab “ Cukuplah Allah yang menjadi penolong bagi kami dan Dia sebaik-baiknya pelindung."(Q.S Ali Imron: 173).
Dalam tafsir jalalain, ayat tersebut menjelaskan peristiwa perang yang meliputi kafir Quraisy dan kaum Muslimin. Ketika itu kafir Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sufyan, telah menghimpun pasukan yang jumlahnya sangat banyak untuk menyerang kaum Muslimin dan Nabi Muhammad. Kemudian Nabi dan pasukanya mendatangi pasar Badar. Tetapi disana mereka tidak menemukan Abu Sufyan, sebab Allah telah meniupkan rasa cemas kepada mereka.
Ayat tersebut menceritakan bahwa Nabi dan pasukannya melafalkan do’a Hasbunalloh wani’mal wakil. Ternyata dari situlah Allah SWT memberi bantuan kepada pasukan Muslimin, yaitu dengan ditiupkannya rasa cemas kepada pasukan Abu Sufyan sehingga mereka mundur, dan kaum Muslimin pun masih diberi keamanan oleh Allah SWT. Sehingga mereka (kaum muslimin) masih melangsungkan transaksi jual beli sehingga mereka memperoleh keuntungan.
Berbeda dengan tafsir Ibn Katsir yang menjelaskan bahwa ayat tersebut memiliki kaitan dengan hadist dalam Shahih Bukhori dari riwayat Ibnu ‘Abbas yang menceritakan Nabi Ibrahim A.S yang dilempar kedalam api oleh pasukan Raja Namrud, tetapi dengan membaca Hasbunalloh wa ni’mal wakil dan dengan Rahmat Allah SWT, api yang dibuat untuk membakar Nabi Ibrahim menjadi dingin.
قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ (69
Artinya:“Kami (Alloh) berfirman, “Wahai api! Jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim”(Q.S Ibrahim: 69).
Dari penjelasan kedua tafsir diatas menunjukan bahwa ayat tersebut memiliki sesuatu yang sakral pada kalimatnya, yaitu Hasbunalloh wani’mal wakil yang berarti “ Cukuplah Allah yang menjadi penolong bagi kami dan Dia sebaik-baiknya pelindung.” Di dalam kalimat tersebut, ada unsur kepasrahan hamba kepada Tuhannya, serta dari kalimat tersebut dapat menambah kekuatan keimanan kita kepada Allah SWT.
Menurut pendapat lain yaitu Profesor M Quraisy Shihab, ayat tersebut menjelaskan adanya sunnatullah, yakni api yang bersifat panas dan Inayatulloh (pertolongan Allah yang menjadikan api dingin). Ketika Inayatullah turun, maka sunnatullah tidak berlaku seperti biasanya.
Adapun unsur Hida’i dari penjelasan ayat tersebut adalah: pertolongan Allah merupakan sebaik-baik pertolongan. Ayat ini mengingatkan bahwa logika manusia terbatas. Tawakkal adalah solusi paling tepat ketika kita sudah tidak tahu jalan keluar dalam menghadapi suatu masalah, dan yang utama adalah iman seorang muslim bisa bertambah dan berkurang, maka salah satu solusinya adalah dengan menambah dzikir Hasbunalloh wani’mal wakil.
Dari penjelasan diatas dapat kita ambil hikmah bahwa Al-Qur’an memang berisi hal yang sakral, baik dalam cerita-ceritanya, dari sisi pengamalan, dan bagi pembencinya pun ada yang mendapatkan hidayah dari apa yang dia pelajari. Maka dengan sangat bangga penulis menghimbau supaya pembaca lebih istiqomah dalam membaca Al-Qur’an dan dzikir yang ada didalamnya. Sebab didalamnya mengandung rahasia yang luarbiasa dari Allah untuk pembacanya.
Referensi :
Abu Ismail, Tafsir Al-Qur’anul Adhim.1999,( Mesir, Daruttayibah), hlm.169
Ahsin Sakho Muhammad, Oase Al’Quran, 2017( Jakarta, Penerbit Qaf), hlm.9.
Abu Ismail, Tafsir Al-Qur’anul Adhim.1999,( Mesir, Daruttayibah), hlm.169.
Oleh : Azka Muhammad (Mahasiswa Ilmu Al-qu’an dan Tafsir UIN Walisongo Semarang