Dari Nifaq Jadi Covid


Sangat dianjurkan untuk umat muslim agar memperbanyak kegiatan yang bermanfaat pada Bulan Ramadhan. Salah satunya yaitu “Ngaji Posonan”, yaitu ngaji dengan seorang kiyai atau guru dengan membaca satu atau beberapa kitab pada awal ramadhan dan mengkhatamkannya pada akhir ramadhan.

Pada ramadhan ini penulis berkesempatan ngaji posonan secara langsung dengan kyai kharismatik asal Semarang, Dr. KH. Fadlolan Musyaffa’, Lc., MA. Salah satu kitab yang dikaji adalah kitab Idhatun Nasyiin karya Syaikh Musthafa al-Ghalayani, seorang ulama sekaligus wartawan dari Beirut yang menimba ilmu di Universitas Al-Azhar Mesir.

Pembahasan dalam kitab ini berkisar pada  sesuatu yang berkaitan dengan pembaharuan dan modernis, hal ini bisa saja dipengaruhi oleh kedekatan beliau dengan Syaikh Muhammad Abduh pada masa belajar di Mesir. Syaikh Muhammad Abduh sendiri adalah seorang tokoh reformis dan modernis Mesir pada masa itu.

Pada awal pembahasan, kyai tersebut menjelaskan tentang nifaq. Nifaq atau dengki adalah penyakit yang paling berbahaya hingga tidak ada suatu perkara yang lebih berbahaya darinya. Hal itu digambarkan seperti aliran listrik dalam tubuh manusia. Penyakit ini pula yang menjadi  salah satu penyebab utama perpecahan antar umat manusia apabila seseorang tidak bisa mengontrolnya dengan baik.

Salah satu dampak yang timbul dari penyakit nifaq adalah maraknya berita hoax yang dibuat oleh orang-orang munafik, dengan tujuan untuk merusak umat dan mengambil alih negara akibat dari kedengkian mereka. Dengan adanya berita hoax umat dibuat bingung sehingga tidak bisa membedakan mana berita yang benar dan  yang salah. Jika kondisi ini terus terjadi, umat akan terjerumus pada kondisi kemunduran dan kerugian, sehingga umat harus mulai mencari jalan keluar dan melakukan perubahan.

Terdapat hal yang cukup menarik yaitu Syekh Musthafa al-Ghalayani mencoba menghubungkan masalah kegamaan dengan masalah sosial. Penyakit nifaq atau dengki yang terdapat dalam hati musuh menjadikan mereka menciptakan sebuah penyakit dan menyebarkan berita hoax untuk memperkeruh keadaan.

Jika merefleksikan pada saat dimana kita sedang dilanda wabah COVID-19, maka akan memiliki keterkaitan. Hanya saja perbedaan pada jenis penyakit dan zaman. Banyak dugaan atau spekulasi mengenai asal virus COVID-19 ini, entah bagaimana kebenarannya namun menurut beberapa ahli, virus ini memang sengaja dibuat untuk kepentingan suatu golongan. Dengan adanya virus ini, menyebabkan kemunculan berita-berita yang simpang siur dan tidak jelas kebenarannya. Hal tersebut membuat umat dibuat bingung akan kebenaran dari berita yang mereka dapati.

Menurut Syaikh Musthafa al-Ghalayani, seharusnya umat tidak terus berpangku tangan dan menyerah, umat harus berusaha memberantas virus tersebut dengan meneliti virus tersebut untuk menemukan obat penawarnya. Umat juga harus bekerja sama dengan saling berkontribusi dan membantu satu sama lain. Seperti saat ini terdapat beberapa ilmuwan yang berusaha keras mencari obat atau membuat alat-alat medis untuk membantu proses penyembuhan pasien. Salah satunya seperti pembuatan Airborne Sterilization atau Ventilator Portabel oleh gabungan LIPI, ITB dan Unpad atau pembuatan APD oleh para relawan di Indonesia.

Selain itu, umat harus melawan pernyebaran berita hoax dengan melakukan saring sebelum sharing. Karena hoax juga merupakan propaganda dari musuh dengan tujuan untuk merusak hubungan antarumat dan membuat keadaan menjadi rusuh. Dampak dari wabah pun sangat bahaya seperti bahaya asal muasal diciptakannya wabah tersebut yaitu dari sifat dengki.

Terdapat tiga dampak besar yang terjadi akibat wabah tersebut, yaitu putusnya hubungan antar umat manusia, rusaknya akhlak, dan kematian besar-besaran. Ketiganya telah kita temui saat ini. Umat saling menyalahkan satu sama lain bahkan di luar negeri persekusi dilakukan terhadap orang-orang Asia karna dianggap sebagai penyebab adanya virus. Dapat kita lihat juga dampak di sekitar kita, banyaknya kasus pencurian, penjambretan, hingga pembunuhan terjadi karena sulitnya memenuhi kebutuhan ekonomi akibat kehilangan pekerjaan. Mereka tidak memiliki pemasukan padahal mereka membutuhkan uang untuk keperluan sehari-hari. Hal ini merupakan gambaran yang jelas akan hilangnya akhlak baik dari umat. Yang terakhir adalah terjadinya kematian besar-besaran. Ribuan orang meninggal akibat terpapar oleh virus ini. Mayoritas yang terkena ialah mereka yang masih kecil dan lanjut usia. Namun, remaja dan orang dewasa juga mengalaminya.

Kitab Idhatun Nashiin ini lahir dari tangan seorang penulis dan tokoh pembaharu di Beirut, sehingga bila kita membaca lebih lanjut selain menggunakan bahasa modern, pembahasan dalam kitab ini juga membahas mengenai masalah yang terjadi pada zaman modern. Dalam memaparkan bab nifaq  bahkan beliau bisa memeberikan contoh yang jarang diungkap oleh penulis yang lain. Hal ini mengindikasikan bahwa Syaikh Musthafa al-Ghalayani telah mampu mengungkap substansi dari sebuah ajaran islam untuk dikembangkan hingga berkesinambungan dengan masalah sosial.

Demikian kiranya pembahasan mengenai bab nifaq dalam kitab Idhatun Nasyiin. Untuk dapat direnungkan bahwa memang sifat nifaq adalah sifat yang sangat mudah untuk menjangkit hati seseorang  namun sangat sulit disembuhkan. Bila seseorang telah bersifat nifaq atau dengki, ia bisa melakukan apapun tanpa memikirkan sebab dan akibatnya, ia hanya berbuat hanya untuk kesenangannya dan  kepuasan dirinya sendiri tanpa mau tau dampak yang diderita orang lain, semoga kita senantiasa dijauhkan dari sifat nifaq dan rekadaya orang-orang munafik.

Oleh : Nurul Khasanah, Mahasiswi Ushuluddin UIN Walisongo Semarang


Penulis: Nurul Khasanah, Mahasiswishuluddin UIN Walisongo Semarang serta Santriwati Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan Semarang. Memiliki hobi menulis namun kurang percaya diri menyalurkan tulisannya ke media. Cp. WA 085743355044 / IG: @nurulkhaa27 / Twitter: @nurulkhaa278 / email : nurulkhaasanah@gmail.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama