Di dunia ini ada begitu banyak
generasi-generasi hebat yang lahir dari rahim seorang ibu. Berkat pengorbanan bahkan
rela mempertaruhkan nyawanyalah, bangsa ini dapat meneruskan menjalankan
kewajibannya sebagai khalifah fil ardh seperti yang telah diperintahkan
Allah SWT sejak masa awal penciptaan manusia. Ajaran agama Islam telah mengajarkan
pada seluruh manusia agar berbuat baik kepada orang tuanya, terutama Ibu. Allah
SWT telah berfirman :
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَاناً حَمَلَتْهُ أُمُّهُ
كُرْهاً وَوَضَعَتْهُ كُرْهاً وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْراً حَتَّى
إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ
أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ
أَعْمَلَ صَالِحاً تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ
إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Kami
perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya,
ibunya yang mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah
payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan,
sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia
berdo’a : ‘Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah
Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat bebruat
amal yang shaleh yang Engkau ridhai. Berikah kebaikan kepadaku dengan (memberi
kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan
sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.’” (QS. Al-Ahqaf : 15).
Pada
ayat tersebut Allah SWT telah memerintahkan secara eksplisit untuk berbuat baik
kepada kedua orang tua dengan berbakti kepada keduanya, baik selama hidup
hingga setelah kematiannya, terutama kepada seorang ibu yang telah berjuang
untuk melahirkan dan memebesarkan dengan penuh kasih sayang. Rasulullah sendiri
apabila beliau ditanya siapa orang yang paling utama untuk dihormati dan
diperlakukan dengan baik, maka Rasulullah menjawab ibu. Dalam sebuah hadis
Rasulullah SAW menegaskan :
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ
رَجُلٌ اِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا
رَسُوْلَ اللهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِيْ قَالَ أُمُّكَ قَالَ
ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ
مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوْكَ. رواه البخاري ومسلم.
Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata,
“Ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW, kemudian ia bertanya,
‘Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku perlakukan dengan
baik?’ beliau menjawab, ‘Ibumu.’ ‘Lalu siapa lagi?’ ‘Ibumu,’ ‘Siapa lagi?’
‘Ibumu’ Siapa lagi?’ ‘Bapakmu.’ ” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dari
hadis tersebut menunjukkan bahwa setiap pada saat terdapat orang yang bertanya
kepada Rasulullah untuk menanyakan siapakah yang lebih berhak dilayani dengan
sebaik-baiknya, Rasulullah selalu menganjurkan untuk berbakti dan berbuat baik
kepada ibu, bahkan beliau mengulangi perkataannya sebanyak tiga kali. Hal ini
karena memperlakukan ibu dengan sebaik-baiknya merupakan ibadah amal sholeh
yang sangat agung, yang paling dicintai oleh Allah SWT.
Begitu
pula sebaliknya, Allah SWT sangat membenci perbuatan seseorang yang dapat
menyakiti perasaan ibu, meremehkan nasihat-nasihatnya, melontarkan kata-kata
yang kurang baik, mengabaikan perintahnya. Karena perbuatan tersebut termasuk
dengan “Uququl Walidaini,” perilaku yang termasuk dosa besar. Dasar
hukum yang berkaitan dengan hal ini terletak pada firman Allah di surat
Al-Isra’ ayat 23 yakni :
وَقَضَىٰ
رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۚ
إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل
لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
“Dan Tuhanmu
telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
"ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia.”
Dari ayat tersebut dapat diketahui, betapa Allah telah melarang keras untuk
tidak mengucapkan kata-kata kasar kepada orang tua, dalam hal ini kata ‘ah’
merupakan kata-kata yang paling ringan dan tidak diperbolehkan untuk diucapkan.
Dan pada ayat ini pula sesungguhnya mengandung makna implsit (mafhum),
yakni ketika mengucapkan kata-kata yang tidak baik saja sudah sangat dilarang,
apalagi melakukan sesuatu yang lebih buruk daripada hal tersebut, seperti
menghardik, memukul, mengusir, berlaku kasar, atau perbuatan-perbuatan lainnya
yang sudah tentu sangat dilarang dalam agama Islam.
Allah telah mengultimatum untuk selalu menjaga sikap kepada kedua orang tua
terutama seorang ibu. Sehingga barangsiapa yang melanggar perintah Allah dengan
durhaka atau berbuat tidak baik kepada kedua orang tua, maka termasuk telah
melakukan dosa besar kepada Allah dan juga kepada makhluk-Nya. Oleh karena itu,
setiap muslim sudah sepatutnya melaksanakan kewajiban untuk berbakti dan taat
kepada kedua orang tua sebagaimana yang telah diajarkan dalam agama Islam yang
menjunjung tinggi kedudukannya, agar senantiasa diberikan kelancaran dalam
segala urusan di dunia maupun di akhirat.
Oleh : Elviana Feby Dwi Jayanti (Mahasiswa Ilmu al-Quran dan Tafsir UIN Walisongo Semarang)