Islam menempatkan akhlak dalam posisi penting yang harus dipegang teguh para pemeluknya. Bahkan, tiap aspek dari ajaran Islam selalu berorientasi pada pembinaan akhlak yang mulia (akhlakul karimah).
Seperti yang disampaikan Rasulullah Saw, innama buistu liutammima makarimal akhlak. "Sesungguhya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia," demikian sabda Rasulullah Saw.
Baca Juga: Keistimewaan 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah dalam Tafsir
"Kalimat ini memakai kata liutammima , maknanya bahwa sebelum zaman Rasulullah sudah ada adab peradaban. Dan Rasulullah itu menyempurnakan," tegas Gus Yusuf Chudlori Pengasuh Ponpes Tegalrejo Magelang.
Gus Yusuf Chudlori mengatakan hal itu secara langsung dalam "Ngaji Kebangsaan" yang diselenggarakan oleh DEMA Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo Semarang, Kamis (9/12/2021), bertempat di Kampus 2 UIN Walisongo Semarang.
Gus Yusuf menyampaikan, sebelum ada Islam itu sudah ada peradaban, budaya atau akhlak. Dan para walisongo itu juga menyempurnakan akhlak.
"Paguci, paguyuban ngunjuk ciu, ketika Walisongo masuk untuk menyempurnakan adat yang keliru, sehingga adat perkumpulan diganti dengan tahlilan,” tuturnya.
Beliau menambahkan, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam berdakwah, kunci kesuksesan dakwah Rasulullah dalam menyebarkan agama Islam adalah akhlakul karimah.
"Ini sebenarnya harus mulai kita tanamkan sejak dini, mulai anak-anak SD, SMP, SMA hingga Perguruan Tinggi," tambahnya.
Dia menekankan, Islam datang tidak untuk menghancurkan tradisi, bukan untuk menghancurkan budaya lokal, tetapi untuk menyempurnakan akhlak agar sesuai dengan syariat Islam.
Baca Juga: Gus Shofa
"Sebelum masa Rasulullah ajaran mengelilingi kabah sudah berjalan dengan tradisi kaum kafir quraisy, kemudian Rasulullah perlahan-lahan mengubahnya dengan thawaf dan talbiyah," ucapnya.
Menurutnya, seandainya pada zaman Rasulullah sedikit-sedikit marah, saya yakin Islam tidak akan sampai di Tanah Jawa seperti sekarang ini.
"Mbah kiai Hasyim pernah berpesan, kita ini tidak wajib membangun daarul Islam (negara Islam), akan tetapi membangun daarussalam yaitu negara yang damai," jelasnya.
Oleh: M. Raif Al Abrar (Mahasiswa Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir UIN Walisongo Semarang)