Peran Generasi Milenial dan Generasi Z dalam Menghadapi Persaingan Global Era 5.0



Kata milenial mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita. Namun yang menjadi pertanyaan, “siapakah generasi milenial itu?”. Konsep milenial muncul dengan mengikuti perkembangan SDM (Sumber Daya Manusia) dalam penelitian yang dilakukan pertama kali oleh Manheim mengenai perbedaan generasi. Sedangkan istilah milenial pertama kali dipopulerkan oleh William Strauss dan Neil dalam bukunya yang berjudul "Millennials Rising: The Next Great Generation." 
    
Menurut  Hassanuddin Ali dan Lilik Purwandi (2017) dalam bukunya yang berjudul “Millennial Nusantara” menjelaskan bahwa Generasi Milenial adalah mereka yang lahir antara tahun 1981 sampai dengan tahun 2000. Sementara para peneliti sosial dalam negeri menggunakan tahun lahir 1980 sampai dengan tahun 2000 untuk menentukan generasi milenial. (Generasi milenial, sindonews.com, 2015). Sedangkan generasi Z setingkat lebih tinggi setelah generasi milenial.

Perkembangan zaman yang menjadikan teknologi dan mereka mampu mengahadirkan tantangan baru pada persaingan global di era 5.0 industri berkembang sangat pesat tentunya sangat memerlukan SDM (Sumber Daya Manusia) yang kompeten. Kehadiran generasi milenial dan generasi Z sangat dicari dan didambakan, mengapa demikian? Karena pada generasi ini telah mendominasi tatanan kerja dengan sangat pesat, sehingga banyaknya survei yang menunjukan bahwa generasi milenial dan generasi Z mahir dalam mengaplikasikan teknologi yang mana hal tersebut menjadikan faktor keberhasilan organisasi dalam meningkatkan performasi secara berkepanjangan.

Revolusi Era 4.0 menuju Society 5.0

Generasi milenial sangatlah berkaitan dengan Revolusi 4.0, yang mana pada revolusi ini menitikberatkan pola digitalisasi dan otomasi di semua aspek kehidupan manusia (Selvia, 2021). Banyak yang belum menyadari bahwa hal tersebut akan membuahkan tantangan baru untuk generasi milenial atau generasi muda termasuk tantangan dalam menghadapi globalisasi era Society 5.0. Revolusi digital mengalami peningkatan saat ini sehingga menghasilkan lahirnya teknologi digital yang sangat berdampak bagi kehidupan manusia di seluruh dunia.

Revolusi 4.0 mendorong ke-instanan dalam segala proses aktivitas. Bahkan bukan hanya menghubungkan jutaan manusia di seluruh jagad raya, tetapi juga telah menjadi sarana transaksi perdagangan dan tranportasi online, seperti gojek, grab, lazada, shopee, dan lain sebagainya. Hal tersebut menunjukan adanya integrasi antara teknologi informasi dengan perekonomian yang semakin meningkat. Selain itu, adanya perkembangan teknologi seperti autonomous vehicle (Mobil tanpa supir), aplikasi media sosial, dan drone. Hal tersebut juga menunjukan bahwa kehidupan manusia berubah secara fundamental.

Baca juga : Wanita Juga Bisa Jadi Pemimpin

Revolusi Industri 4.0 sangat berpengaruh bagi SDM (Sumber daya Manusia) yang mana perlunya peningkatan keterampilan (Up-skilling) atau pembaruan keterampilan (Reskilling) sangat diperlukan. Tentu saja hal ini membuahkan solusi untuk menyiapkan SDM dengan didasari skill operasional mesin. Hal ini juga mendorong kita untuk menghadapi era Society 5.0. Konsep era Society 5.0 merupakan penyempurnaan dari konsep sebelumnya yakni era Revolusi Industri itu sendiri.  Mulai dari Revolusi Industri 1.0 (Mekanisasi) 1780, ditandai dengan ditemukannya mesin uap untuk produksi barang. Pada masa ini, semua tenaga sumbernya dari otot, air, dan angin. Revolusi Industri 2.0 (Elektrifikasi) 1870, ditandai dengan ditemukannya tenaga listrik oleh dua orang sekaligus, yakni Nikola Tesla dan Thomas Alva Edision. Revolusi Industri 3.0 (Otomasi dan Globalisasi) 1970, ditandai dengan adanya sistem komputasi data. Revolusi 3.0 ini terjadi ketika zaman analog perubahan menjadi digital. Penemuan komputer yang memulai awal Revolusi 3.0. Revolusi Industri 4.0 (Digitalisasi) sekarang, ditandai dengan digitalisasi dan konektifitas di segala hal (Internet of Thing), kemudian muncul big data, dan percetakan 3D.

Society 5.0

Society 5.0 dikenalkan oleh Jepang pada tahun 2019 yang disampaikan oleh Forum Ekonomi Dunia 2019 di Davos, Swiss. Revolusi 4.0 lah yang melatarbelakangi kemunculan Society 5.0 karena berkembangnya teknologi. Secara sederhana, Society 5.0 dapat diartikan sebagai suatu konsep masyarakat yang berpusat pada manusia (Human-centered) dan berbasis teknologi (Technology based). Maka dalam Society 5.0 manusialah yang mengendalikan teknologi namun jika manusia berhenti untuk belajar atau berhenti meningkatkan kapasitas diri maka siap-siap manusialah yang akan dikendalikan oleh teknologi.

Baca juga : Membumikan Moderasi dalam Perspektif Nusantara

Bercermin pada hal tersebut sebagai generasi milenial dan generasi Z tentunya tidak akan tinggal diam, proses meng-upgrade diri adalah hal yang penting, maka salah satu solusinya yaitu dengan tidak pernah berhenti untuk belajar (Pendidikan). Menurut Sherly Annavita (Influencer) dalam salah satu kanal YouTube-nya mengatakan bahwa ketika kita berbicara Society 5.0 maka kita berbicara tentang 4 kata kunci :

1.      Konektivitas 

Ketika kita tidak terhubung dengan society maka kita akan tersisihkan oleh sendirinya, seleksi alam akan membuat kita tersisihkan dengan sendirinya. Maka dari itu meng-upgrade diri adalah hal yang penting.

2.      Kolaborasi

Sekarang adalah zamannya kolaborasi bukan kompetisi. Ketika kita mempunyai skill A, mereka mempunyai skill B, kemampuan kita X, kemampuan mereka Z, maka ayo kita bergandengan tangan selama ada irisan visi yang sama,selama ada irisan tujuan yang sama.

3.      Kecepatan

Sekarang zaman yang terbuka, bukan untuk yang besar mengalahkan yang kecil, tetapi yang cepat mengalahkan yang besar.

4.      Efektifitas

Hal ini dalam artian tidak menunda-nunda pekerjaan. Kalo bisa tiga hari kenapa harus satu minngu, kalo bisa lima belas menit kenapa harus satu jam.

Baca juga : Perihal Cinta itu Dusta

Maka skill yang harus dimiliki generasi milenial dan generasi Z untuk menyongsong era Society 5.0 yaitu dengan: mengikuti perkembangan zaman dengan baik, leadership atau kepemimpinan, kemampuan berbahasa asing, menguasai teknologi,  serta keahlian literasi. (Aris Ariyanto dkk, 2021).

Akhir kata dapat kita simpulkan perkembangan zaman menyebabkan perubahan yang semakin cepat maka kita sebagai generasi milenial harus lebih bergerak cepat untuk bisa beradaptasi dalam persaingan global era 5.0 saat ini. Teknologi berdampak positif ataupun negatif tergantung bagaimana pemakaian individualisme nya. Masyarakat era Society 5.0 akan diarahkan kepada kesiapan untuk lebih berfikir kritis dan mengembangkan kreatifitasnya. Cara berfikir yang harus dikembangkan untuk beradaptasi di masa depan yaitu dengan menganalisis, kritis, dan kreatif.

Oleh: Putri Nur Fajriah (Mahasiswa Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir UIN Walisongo Semarang)

Editor: Mufti Rahmawati

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama