KEISTIMEWAAN
MAKNA HARI RAYA IDHUL ADHA
(Aliyya
Qothrunnada AS)
Hari Raya Idul Adha mengajarkan kepada kita untuk lebih mendekatkan
diri kepada Allah SWT. Melalui pelaksanaan salat dan kurban, umat muslim bisa
menunjukkan ketaatan dan rasa syukur kepada Sang Pencipta. Hari Raya Idhul Adha
Ini berawal dari kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.
Sejarah ini pun tercantum dalam Al-Quran surat As Shaffat ayat 102:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ
قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ
مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ
اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ ١٠٢
“Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia
(Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku
menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai
ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau
akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.”
Maka tatkala anak itu sampai
(pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata:
“Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!”
Kemudian Nabi Ismail menjawab “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang
yang sabar”.
Ketika keduanya merasa ikhlas, ternyata Allah mengganti Ismail menjadi
domba dan dari sinilah kemudian dijadikan sebagai hari raya umat Islam selain
hari raya idul Fitri.
Idul Adha juga mengajarkan umatnya untuk mengabdi dan teladan dengan
bercermin kepada kisah Nabi Ibrahim As dan putranya, Ismail AS. Kemudian Ibadah
berkurban juga menjadi salah satu cara pendekatan diri kepada Allah SWT untuk
mendapatkan ridha-Nya.
Peristiwa besar dan agung dari kerelaan Nabi Ibrahim untuk menyembelih
anaknya, Nabi Ismail tentunya mengandung banyak hikmah dan pelajaran yang
sangat berharga bagi seluruh umat manusia untuk dipahami dan diteladani.
Pertama, cinta hendaknya dicurahkan kepada
Allah SWT sebab rahmat Tuhan yang tidak terhitung nilai dan jumlahnya
senantiasa mengucur dalam setiap jengkal kehidupan manusia. Maka di satu sisi,
berqurban menjadi bentuk curahan cinta kita kepada Tuhan.
Kedua, sejatinya ibadah qurban adalah perintah
untuk mengorbankan sifat egois, sikap mementingkan diri sendiri, rakus dan
serakah, yang dibarengi dengan kecintaan kepada Allah SWT, diwujudkan dalam
bentuk solidaritas sosial. Teladan paling mulia tentang kecintaan kepada Allah
SWT sebagaimana ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim dengan kesediaan menyembelih
putra kesayangannya.
Ketiga, perintah berqurban adalah perintah
bagi mereka yang mampu memiliki kelebihan rezeki dan membagikan dagingnya untuk
kaum miskin dan dhuafa yang membutuhkan.
Keempat, hewan qurban akan menjadi saksi amal
ibadah di hari kiamat nanti. Hewan yang diqurban kan akan datang mewujud amal
kebaikan yang pada gilirannya akan menyelamatkan Nasib tuannya di hari akhir
nanti.