KE-AKU-AN
Disusun oleh: Fathurrahman Naim Syafii (Mahasiswa Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir 2022)
اَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُ
"Aku lebih baik daripada dia."
Demikianlah perkataan iblis ketika diperintahkan bersujud kepada Adam. Dirinya merasa lebih mulia dari Adam.
"Saya yang lebih baik daripada Adam"
"Saya yang lebih tua (lebih dulu ada/lahir) daripada Adam"
"Saya lebih berhak dihormati daripada Adam"
"Saya lebih berhak dihargai daripada Adam"
Dan tanpa disadari semua itu ada dalam diri kita. Kadangkala kita mengadopsi sifat ananiah (ke-aku-an) itu. Kamu tidak tau siapa saya?, kamu tidak tau saya anak siapa?, kamu tidak tau jabatan saya?, kamu tidak tau saya berasal dari suku apa?, kamu tidak tau saya dari organisasi apa?, kamu tidak tau umur saya?.
Sifat merasa lebih dari yang lain, menganggap dirinya lebih besar dari yang lain padahal yang Maha Besar hanya Allah. Jika hanya Allah yang Maha Besar, maka yang lain kecil sehingga kita ini tidak ada apa-apanya.
Sebagai seorang yang muslih, perkataan iblis اَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُ (aku lebih baik daripada dia) sepatutnya kita ubah menjadi أنا خيرٌ من الأمسِ (aku lebih baik dari hari kemarin) sehingga yang senantiasa muncul dalam benak kita yaitu muhasabah diri agar lebih baik dari hari kemarin karena musuh kita yang sesungguhnya yaitu diri kita sendiri bukan orang lain.