Eksplorasi Karya Ulama’ Nusantara: Kitab Faidhur Rahman Oleh K.H Sholeh Darat

 

Islam telah menyebar ke berbagai wilayah belahan dunia. Dalam penyebaran Islam, tentulah banyak bekas dan atsar yang menjadi sesuatu yang harus dilestarikan oleh generasi setelahnya. Diantara peninggalan penyebaran Islam yaitu sebuah karya yang berbentuk tulisan. Tulisan para ulama’ yang kebanyakan terdengar adalah tulisan yang berasal dari timur. Namun, pada Nusantara yang kita cintai ini, juga banyak ulama’ yang masyhur, walaupun tidak se-masyhur ulama yang berasal dari timur. Kendati demikian, karya karya ulama Nusantara, harus kita lestarikan, harus kita kenal, serta kita pelajari.


K.H. Soleh Darat


Ulama Nusantara yang akan kita bahas kali ini adalah K.H Sholeh Darat. Beliau merupakan salah satu ulama’ besar yang berasal Semarang, Jawa tengah. Beliau merupakan guru dari dua tokoh pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia, yaitu K.H Hasyim Asy’ari sebagai pendiri Nahdlatul Ulama’ dan K.H Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah.


K.H Sholeh Darat lahir di Desa Kedung Jumbleng, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara pada tahun 1820 Masehi. Ayahnya bernama Kyai Umar. Sejak kecil, beliau mempelajari ilmu agama dari ayahnya lalu belajar kepada Kyai M.Syahid di Pati, K.H.R Asnawi di Kudus, K.H  Ishak Damaran di Semarang, Mbah Ahmad Alim Bulus di Purworejo, dan masih banyak lagi. Lalu beliau melanjutkan pendidikannya di Mekkah, beliau berguru kepada Syekh Muhammad al Muqri, Syekh Ahmad Nahrawi, Sulaiman Hasbullah al-Makki, dan Sayyid Ahmad ibn Zaini Dahlan. Setelah menyelesaikan pendidikannya dari Mekkah, beliau pun mendirikan pondok pesantren di Darat, Semarang, Jawa Tengah.


Pada malam Kamis 20 Rajab 1309 H/1891 M, beliau memulai mengarang kitab yang berjudul “Faid ar-Rahman fi Tarjamah Tafsir Kalam Malik ad-Dayyan”. Kitab ini terbagi menjadi dua jilid besar. Jilid pertama, yaitu penafsiran dari surat al-Fatihah sampai surah al-Baqarah, setebal 577 halaman. Jilid pertama ini selesai pada pada malam Kamis, 19 Jumadil Awal 1310 H/1892 M dan dicetak di Singapura oleh percetakan Haji Muhammad Amin pada tanggal 27 Rabi al-Akhir 1311 H/1893 M. Lalu jilid kedua, berisi penafsiran surah Ali Imran, sampai an-Nisa’, setebal 705 halaman. Jilid kedua ini selesai pada hari Selasa, 17 Safar 1312 H/1894 M. Dan dicetak oleh percetakan yang sama pada tahun 1312 H/1895 M.


Kitab tafsir ini memang belum selesai sampai akhir juz 30. Alasan belum selesainya pengarangan tersebut, karena 3 hal yaitu:

1.     K.H Sholeh Darat dalam menafsirkan itu berdasarkan riwayat terdahulu, bukan dari ijtihad beliau sendiri, seperti yang beliau katakan dalam halaman pertama kitab tafsirnya yaitu: "lan ora pisan-pisan nggawe ingsun kelawan ijtihad ingsıun dewe balik nukil saking tafsire poro ulama kang mujtahidin kelawan asale tafsir dhahir, ing nukil ingsun tafsir kelewan makna isyari saking lmam al-Ghazali"

2.     Bahasa yang digunakan dalam kitab beliau adalah bahasa jawa, karena agar mudah untuk memahaminya.

3.     Kurang masyhurnya kajian tafsir pada masyarakat jawa di masa itu. Tidak masyhurnya kajian tafsir pada masa itu disebabkan oleh lebih ditekuninya kajian fiqih.


Namun, meskipun demikian, kita patut mempelajari karya beliau, jangan sampai karya ulama’ Nusantara sendiri tidak dikenal oleh generasi sekarang, apalagi kita sebagai mahasiswa tafsir hadist, maka kita wajib melestarikan karya tersebut, diantara usaha yang dapat kita lakukan adalah:

·       Mempermudah untuk mencari kitabnya, baik dengan secara tercetak secara fisik maupun digital. Namun yang lebih ditekankan adalah secara digital, dengan cara menyebarluaskan kitab yang telah disadur dalam format pdf.

·       Membuat kajian tentang pemikiran dan hal lainnya yang berkaitan dengan beliau serta kitab tersebut.

·       Mengenalkan sedini mungkin kepada generasi muda. Biasanya yang diajarkan adalah tafsir karya ulama timur, seperti tafsir Jalalain. Maka kita juga harus mengajarkan lebih dini kitab Faidhur Rahman ini, agar tidak kalah saing dengan kitab yang lain.


Pada akhirnya kita harus bangga terhadap karya ulama kita, serta harus melestarikannya. Jangan sampai karya ulama kita tidak dipelajari, apalagi hilang termakan oleh waktu dan zaman.


Sumber Referensi:

M. Masrur. Kyai Soleh Darat, Tafsir Fad Al-Rahman Dan Ra. Kartini dalam Jurnal At-Taqoddum, Volume 4, Nomor 1, Juli 2012.


Penulis: Bayu Firman Alamsyah (Mahasiswa Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir)

 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama